//
you're reading...
Buletin Bukamata

022. Tak Rela Islam Dihina

Andai dunia ini masih dianggap berharga, bukankah akhirat itu jauh lebih berharga dan mulia? Andai jasad ini memang diciptakan untuk mati, bukankah mati di jalan Allah lebih mulia? (Husain bin Ali bin Abi Thalib)

Selain Ayat-ayat Cinta (A2C), film Fitna juga lumayan banyak menyita perhatian publik bulan maret kemaren. Bedanya, kalo A2C banyak yang nyari versi bajakannya di lapak kaki lima, sementara Fitna banyak yang hunting di dunia maya. Kalo A2C mencoba mengenalkan ajaran Islam yang damai dan sejuk, Fitna malah menyudutkan Islam sebagai agama kekerasan. Kalo A2C berhasil memancing banjir air mata sebagian besar penontonnya, film Fitna justru sukses menuai protes dari umat Islam sedunia. Betul?

Film Fitna yang menebar fitnah itu dibuat oleh seorang anggota parlemen Belanda, Greet Wilders. Nih orang emang benci banget ama Islam. Dia pikir ajaran Islam itu jadi biang aksi terorisme yang menyerang non muslim. Meski menuai banyak kecaman, Wilder tetep ngeyel untuk menayangkan film berdurasi 17 menit itu di dunia maya. Walhasil, film Fitna sempet mejeng dalam websites liveleak.com. Tapi nggak lama, pengelola situs berbagi video di Inggris ini mindahin file film Fitna dari servernya. Soalnya mereka ngeri kalo efek penayangan itu bakal mengancam keselamatan staf-stafnya. Makanya jangan cari perkara!

Terjadi Berulang Kali

Tingkah polah Wilders yang islamophobia menambah daftar panjang kasus-kasus penghinaan terhadap Islam. Tahun 1989 dulu, seorang Salman Rusydi bikin buku berjudul the Satanic Verses alias ayat-ayat setan. Ini nggak ada sangkut pautnya dengan ayat-ayat cinta lho. Isinya menggambarkan al-Qur’an sebagai ayat-ayat Setan. Nggak cuman itu, dia juga melecehkan isteri-isteri Nabi yang mulia. Malah ka’bah yang disucikan oleh umat Islam sepanjang hidup dilukiskan sebagai tempat mesum. Na’udzubillah! Sialnya, hingga kini Salman Rusydi enak-enakan hidup dalam perlindungan pemerintah dan dinas keamanan Inggeris.

Kemudian pada Juli 1997, seorang wanita Yahudi Israel, Tatyana Suskin (26) membuat dan menyebarkan 20 poster yang menghina Islam dan Nabi Muhammad. Di antaranya ada poster seekor babi yang mengenakan kafiyeh ala Palestina. Di kafiyeh itu tertulis dalam bahasa Inggris dan Arab kata: Muhammad. Dengan pensil di kukunya, babi itu tampak tengah menulis di atas sebuah buku bernama “al-Quran”.

Tahun 2002, penghinaan kepada Nabi Muhammad dan Islam kembali terjadi seiring dengan munculnya sebuah tulisan jurnalis Nigeria, Isioma Daniel tentang Rasul dan Miss World. Tahun 2004, Warga Belanda, Theo Van Gogh, mengeluarkan film dokumenter berjudul ”Submission”. Film ini digarap bareng Ayan Hirsi Ali, Muslimah kelahiran Somalia yang pernah menjadi anggota parlemen Belanda. Di situ digambarkan ajaran Islam telah menindas perempuan. Dalam film itu diperlihatkan sejumlah perempuan tanpa busana dan di tubuhnya dituliskan ayat-ayat Al-Quran. Film ini jugalah yang memicu kemarahan hampir satu juta warga Muslim Belanda, dan mengakibatkan pembunuhan terhadap Theo Van Gogh, sutradara film tersebut.

Tahun 2005, koran Jyllands Posten Denmark memuat beberapa kartun Nabi Muhammad saw. Dalam kartun itu, Rasul saw digambarkan lagi bawa pedang dan menenteng bom. Terus dalam kartun lain, digambarkan Rasul sebagai orang bersorban yang di atasnya terselip bom. Januari 2006, kartun-kartun itu nongol lagi di koran Norwegia dan Prancis. Seolah nggak puas, Februari 2008 lalu kartun yang melecehkan Rasul saw itu dimuat lagi oleh sebelas media massa Denmark dan beberapa harian di Swedia, Belanda, dan Spanyol. Nantangin nih?!

Dan kini, setelah film Fitna, di mesir juga terjadi penghinaan terhadap islam dan nabi muhammad melalui terbitan majalah Jerman, Der Spiegel edisi khusus berjudul ‘Allah di dunia Barat’. Dengan berlindung dibalik kebebasan berpendapat, Der Spiegel menganggap sebagai hal yang bisa diterima dengan menggambarkan Islam sebagai cabang dari agama Kristen dan mempublikasikan gambar-gambar dan komentar yang menghina Nabi Muhammad SAW. Atas perintah Menteri Penerangan Mesir Anas Al-Fiqi, majalah Der Spiegel edisi 25 Maret disita dan dilarang dijual di Mesir. (hidayatullah.com, 06/04/08).

Standar Ganda Kapitalisme Barat

Pren, wajar kalo umat Islam sewot ngeliat penghinaan dalam film Fitna. Apalagi yang bikinnya, Geert Wildert terang-terangan nunjukkin kebenciannya terhadap Islam sebagai misi politiknya. Anggota parlemen dan pimpinan Partai Kebebasan Belanda ini juga menyerukan agar Al Qur’an dilarang, sebagaimana dilarangnya Mein Kampf, buku Hitler. “Muslim yang tinggal di Belanda harus menyobek setengah dari Al Qur’an, Jika Muhammad tinggal di sini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan belenggu”, hina Wilder. Wah kebangetan nih!

Pernyataan Wilders itu dimuat di surat kabar De Pers, Selasa (13/2/08).”Orang-orang Muslim yang ingin hidup di Belanda, mereka harus melempar setengah Al-Qur’an dan menjauhi para imam (masjid), ” ujar Wilders. Lebih lanjut Wilders mengatakan bahwa Islam itu berbahaya dan membawa misi kekerasan terhadap masyarakat. Ia juga menegaskan, kalau saja Nabi Muhammad saw masih hidup, niscaya ia akan dicap sebagai ekstrimis dan harus diusir dari Belanda karena akan dianggap sebagai sumber tindak terorisme. Asal bunyi aja nih orang!

Makanya, Wilders diadukan ke pengadilan oleh Federasi Islam Belanda (DIF), karena membandingkan Al-Quran dengan Mein Kampf, buku yang dibuat Adolf Hitler dan dianggap sebagai kitab suci kaum Nazi. Udah gitu, Wilders juga telah menghasut dan menimbulkan rasa kebencian terhadap Muslims melalui film amatir buatannya. Sialnya, hakim pengadilan Belanda mengatakan, anggota parlemen dari kubu konservatif itu tak bersalah dan memiliki hak untuk berbicara dan mengekspresikan opininya. (Hidayatullah.com, 09/04/08). Kok bisa ya?!

Sikap pemerintah Belanda yang membiarkan penghinaan terhadap Islam secara tidak langsung ‘menyetujui’ kejahatan berupa penghinaan terhadap agama. Padahal di Eropa, kalo ada yang meragukan atau mengkritik kebenaran Hollocaust (pembantaian massal) yang dilakukan oleh Nazi terhadap orang-orang Yahudi di Eropa bakal diseret ke pengadilan sebagai tindakan kriminal. Bukankah mengkritik Hollocaust (yang berbau agama) juga adalah bagian dari kebebasan berpendapat? Mengkritik Hollocaust dilarang, tapi menghina Islam dibiarkan atas nama kebebasaan. Nggak konsisten tuh!

Inkonsistensi alias standar ganda dalam kapitalisme sering sekali terjadi. Terutama kalo udah nyangkut Islam dan umat Islam. Kondisi ini semakin menunjukkan karakter musuh-musuh Islam seperti diingatkan Allah swt dalam firman-Nya:

Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (QS. Ali’Imran [3]: 118).

Makanya, percuma kalo kita ngarepin ’kepedulian’ pemerintah negara-negara Eropa untuk menindak tegas mereka yang udah melecehkan Islam. Yang ada cuman makan ati. Cape deh!

Khilafah Menjaga Kemuliaan Islam

Sebagai bentuk protes terhadap film Fitna, ajakan boikot terhadap produk Belanda menggema di negeri-negeri Muslim. Hasilnya, emang lumayan bikin ngeper pemerintah Belanda yang takut ekonomi negaranya terancam akibat aksi boikot. Seperti yang pernah dialami negeri Viking, Denmark pasca kasus kartun Nabi saw. Sayangnya, aksi boikot produk nggak bikin mereka yang menghina Allah swt dan Rasul-Nya kapok. Apalagi dalih kebebasan berpendapat atau berekspresi bisa melindungi mereka dari jeratan hukum. Makanya, mereka malah makin jor-joran.

Kalo udah gini, kerasa banget deh pentingnya menghadirkan institusi yang bisa menyatukan muslim sedunia. Institusi itu adalah kekhilafahan Islam seperti yang ditunjukkan para shahabat pasca Rasul wafat. Ini ditegaskan Rasul dalam sabdanya:

«اْلإِمَامُ ـ الْخَلِيْفَةُ ـ جُنَّةٌ يُتَّقَى بِهِ وَيُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ»
Sesungguhnya seorang imam—Khalifah—adalah perisai orang-orang akan menjadikannya pelindung dan berperang di belakangnya (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dengan adanya khilafah, mereka yang menghina Allah swt dan Rasul-Nya bakal dapet ganjaran setimpal. Penghinaan terhadap Islam atau kaum Muslimin sama dengan menabuh genderang perang. Seperti yang terjadi pada masa Khilafah Abbasiyah, yaitu ketika Nuruddin Zanki menjabat sebagai wali (gubernur) Syam pada tahun 557 H. Ada pihak yang berupaya menyerang makam Rasulullah saw. Atas sepengetahuan Khalifah, Nuruddin pun bertolak ke Madinah untuk menangkap dan membunuh mereka yang menyerang makam Nabi saw. Rasain tuh!

Ketegasan Khilafah dalam menjaga kemuliaan Islam cukup bikin ngeper mereka yang hendak melecehkan Islam. Seperti diakui oleh Bernard Shaw dalam memoarnya. Bahwa pada masa Khilafah Utsmaniyah tahun 1913 M, dia dilarang mengeluarkan kisah yang berisi penghinaan kepada Rasulullah saw. Lord Chamberlin melarangnya karena takut terhadap reaksi duta besar Daulah Khilafah Utsmaniyah di London.

Begitu juga yang pernah terjadi pada masa Khalifah Abdul Hamid. Saat itu, Prancis hendak mengadakan pertunjukan drama yang diambil dari hasil karya Voltaire. Isinya bertemakan “Muhammad atau Kefanatikan”. Di samping mencaci Rasulullah saw., drama tersebut menghina Zaid dan Zainab. Ketika Khalifah Abdul Hamid mengetahui berita tersebut, melalui dutanya di Prancis, beliau segera memberikan ancaman kepada Pemerintah Prancis supaya menghentikan pementasan drama tersebut. Kalo tetep ngeyel, bakal ribut gede urusannya. Prancis pun ngeper lalu membatalkannya.

Ngerasa nggak dapet angin di Prancis, perkumpulan teater itu malah jalan ke Inggris untuk menyelenggarakan pementasan serupa. Sekali lagi, Khalifah Abdul Hamid memberikan ancaman kepada Inggris. Tapi Inggris menolak ancaman tersebut dengan alasan tiket sudah terjual habis dan pembatalan drama tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan (freedom) rakyatnya. Khalifah pun ngasih ultimatum, ”Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!”. Akhirnya, nyali Pemerintah Inggris jadi ciut lalu menelan ludahnya sendiri tentang kebebasan dan pementasan drama itu pun dibatalkan. Makanya jangan cari gara-gara!

Nah pren, terbukti hanya Khilafah yang bisa membungkam mulut Wilders dkk yang menghina Allah swt dan Rasul-Nya. Makanya, selain aksi boikot produk dan aksi demo mengecam penghinaan terhadap Islam, jangan lupakan juga aktifitas dakwah. Membongkar rencana jahat musuh-musuh Islam dan menyeru masyarakat agar bersama-sama berjuang demi tegaknya Khilafah Islamiyah yang mengikuti jejak kenabian. Agar kemuliaan Islam dan kaum Muslimin tetep terjaga dan terlindungi. Go khilafah go! [hafidz341@gmail.com]

About Hafidz341

Seorang islamic writepreneur yang suka menulis ttg dunia remaja dan Islam. Saat ini memegang amanah Pimpinan Redaksi Majalah Remaja Islam Drise (http://drise-online.com). Selain penulis, jebolan STIKOM Binaniaga Bogor ini juga dikenal sebagai praktisi internet dan sosmed marketing serta owner Ghofaz Computer.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar

Arsip

Follow me on Twitter